Halaman

Jumat, 04 Mei 2012

~FF KyuMin Couple~ {I MY ME MINE Chapter 2}


~FF KyuMin Couple~ {I MY ME MINE Chapter 2}



Author : Song Sae Yoon
Genre : Romance
Rating : PG – 15
Cast :
Lee Sungmin a.k.a Sungmin (Yeoja)
Cho Kyuhyun a.k.a Kyuhyun
Kim Kibum a.k.a Kibum
Kim Heechul a.k.a Heechul
@@@STORY@@@
kemudian aku mulai berjalan ke arah ruang tengah, menatap tajam sosok namja yang duduk santai di sofa tengah.
“Wae?” Tanyaku ketus.
“sewot banget.” Jawabnya sambil memain – mainkan tombol tv.
“Wae?” Tanyaku lagi lebih lembut.
“Hem, bersihkan kamarku.” Jawabnya sambil menatap serius ke arah tv.
“Hanya itu.” Ucapku bingung.
“Iya, apa kau mau yang lain?” Tanyanya dengan wajah yang tanpa ekpresi.
“Tidak, gomawo.” Jawabku seraya beranjak dari hadapannya dan masuk kedalam kamarnya, dan saat di dalam kamar.
“Ya, ampun nie orang kok kamar kayak kapal pecah gini sich.” Ucapku seraya menatap kesekeliling ruangan ini, satu – persatu aku ambil barang – barang game yang bergeletak dimana – mana di seluruh ruangan, lalu tatapanku tertuju kesatu benda.
“Hemm, inikan kotak hadiah.” Gumamku seraya mengambil barang itu lalu membukanya tanpa sepengetahuan Kyuhyun yang ada di luar.
“Mwo, cincin.” Gumamku kaget melihat isi kotak itu, dan di sekeliling cincin itu terukir nama kyuhyun dan nama seseorang yaitu Ryeowook.
“Hemm, ini cincin pasti untuk pacarnya, cih dasar namja, barang seberharga ini malah ada di bawah kasur.” Gerutuku seraya memasukkan cincin itu kedalam laci meja kecil di samping kasur Kyuhyun.
“Ok, next.” Ucapku seraya bangkit dan aku menatap ngeri ke atas kasurnya yang super berantakkan.
“Ni anak tidur kayak mana sich, kok seprainya berantakkan kayak gini.” Gerutuku seraya berkacak pinggang.
“Hya, kenapa malah di lihatan kayak gitu kasurnya.” Marah seseorang dari arah belakangku.
“Ye, capa yang ngeliatin.” Elakku.
“Ya, udah cepat beresin.” Ucapnya seraya membuka laci di samping kasur dimana aku menaruh cincin tadi, perlahan ku perbaiki seprai yang ada di kasur itu tapi kegiatanku terhenti ketika aku mendengar suara keras di sampingku, ku tolehkan kepalaku dan kulihat Kyuhyun sedang berdiri mematung sambil memegang kotak cincin yang aku simpan tadi.
“Waeyo?” Tanyaku kaget, ia tidak menjawab tetapi malah membuang kotak itu kedalam bak sampah.
“Hya, kenapa di buang.” Pekikku kaget seraya bergegas ke depan bak sampah itu.
“Jangan di ambil, cepat kerjakan tugasmu.” Ucapnya ketus seraya keluar dari kamar.
“Mwo, kenapa kan sayang.” Gumamku sambil menatap bak sampah itu, dan tak lama kemudian aku kembali mengerjakan tugasku.
MALAM HARINYA
“Beeppp…beeppp.” Getar handphoneku membuatku kaget.
“Ck.” Decakku kesal.
“Yeobseyo?” Sapaku pelan sambil membersihkan kaca hotel yang sudah tampak debunya.
“Hemm, apa anda salah satu kelurganya Kibum?” Tanya seseorang dari seberang sana.
“Iya.” Ucapku sedikit ragu.
“Saya ingin mengabarkan kalau kondisi Kibum sedang memburuk, dan dia harus cepat – cepat di oprasi sekarang juga.” Ucap seseorang itu membuatku menjatuhkan botol sabun pembersih kaca yang aku pegang.
“Mwo.” Pekikku kaget.
“Waeyo?” Tanya Kyuhyun yang entah kapan ada di sampingku dan menatapku bingung, ku tutup panggilan itu dan bergegas pergi.
“Hya, kau mau kemana?” Tanya Kyuhyun sedikit berteriak dari arah belakangku, aku tidak menghiraukannya, aku tetap pergi.
RUMAH SAKIT
Aku bergegas ke ruangan Kibum, dan ku lihat Kibum sedang dalam kondisi kritis dengan selang infus dan selang pernafasan yang ada di tubuhnya.
“Anda Lee Sungmin?” Tanya seorang dokter.
“Iya.” Jawabku.
“Kondisi Kibum sangat buruk, dia harus cepat – cepat di oprasi.” Ucap dokter itu.
“Iya, saya tahu dok.” Ucapku sambil menatap Kibum nanar.
“Hemm, ya sudah saya harus pergi.” Ucap dokter itu seraya pergi, ku raih tangan Kibum dan meremasnya pelan.
“Kibum-ah.” Panggilku bergetar menahan tangis, ku usap lembut rambut Kibum lembut.
“Unnie akan menolongmu.” Ucapku seraya pergi.
DI TAMAN KOTA
“Dimana aku harus mencari uang 10 juta won dalam semalam.” Gumamku seraya duduk di kursi taman sambil berpikir keras, tapi tiba – tiba handphoneku bergetar.
“Yeobseyo” Sapaku lemah.
“Yack, kau dimana tugasmu belum selesai.” Pekik seseorang sehingga aku sedikit menjauhkan handphone dari telingaku.
“Mian.” Gumamku lemah.
“Cepat ke sini.” Perintahnya.
“Ha…” Sebelum aku bisa menolak perintahnya ia kembali membentakku dan benar – benar terdengar emosi, lalu tak lama ia membentakku ia memutuskan panggilan sehingga aku tidak bisa membalas ucapannya, aku terdiam sejenak lalu mulai beranjak dari tempat itu dan menuju ke arah hotel.
DI HOTEL
Ku buka pelan pintu hotel yang tak lama aku huni ini.
“Kau, dari mana saja huh!?” Tanya namja yang tak lain adalah Kyuhyun.
“Mian.” Jawabku lesu.
“Kau kenapa?” Tanyanya sedikit memelankan suaranya.
“Kyuhyun.” Panggilku sedikit ragu.
“Hem.” Sahutnya sambil menatapku aneh.
“Tolong bantu aku.” Ucapku, ia menatapku kaget lalu aku memberitahunya tentang keperluanku.
“MWO, 10 JUTA WON!!!.” Ucapnya dengan nada keras dan menekan di setiap katanya.
“Nae.” Ucapku menunduk sambil mengutuki diriku sendiri yang berani meminta uang sebanyak itu kepada orang yang baru aku kenal.
“Untuk apa?” Tanyanya ketus.
“Itu…itu untuk…” Jawabku mengunci erat kalimat yang harus aku sembunyikan darinya.
“Jawab aku.” Pintanya kasar.
“Ak…aku.” Ucapku bergetar menahan takut.
“Oya, cepat jawab.” Pintanya, dengan perasaan gugup ku buka pelan mulutku dan mulai membertahunya tentang Kibum yang sedang sekarat di rumah sakit, seketika suasana menjadi hening Kyuhyun mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela dan menatap nanar setiap tetesan air hujan yang mulai turun.
“Jadi kau punya adik.” Ucapnya masih menatap lurus ke arah luar jendela, aku mengangguk.
“Huh!, jadi karena itu kau berkerja.” Ucapnya sambil menatapku.
“Nae.” Ucapku.
“Hemmmh, aku tidak dapat membantumu banyak, aku hanya bisa memberimu uang 7 juta won, dan sisanya aku akan membantumu.” Ucap Kyuhyun yang seketika membuatku kaget.
“Jincha, gomawo.” Ucapku girang dan tanpa sadar aku memeluk tubuh Kyuhyun.
“Ehhemm.” Deham Kyuhyun seketika membuatku gelagapan untuk melepas pelukkanku.
“Mian.” Ucapku kikuk sambil menggaruk – garuk kepalaku yang tak gatal.
“Hem.” Ucapnya sambil mengangguk tanpa ekpresi yang tampaknya juga menjadi kikuk sepertiku.
“Akh, dari pada kita hanya diam – diaman di sini, bagaimana kita langsung ke rumah sakit.” Sarannya.
“Mwo, untuk apa?” Tanyaku bingung.
“Ya, untuk menolong adikmu.” Jawabnya seraya menarikku keluar, kami ke rumah sakit menggunakan mobil karena kelihatannya cuaca tidak memungkinkan kami untuk berjalan ke rumah sakit yang lumayan dekat itu, saat di rumah sakit aku bergegas membawa Kyuhyun kedalam ruang Kibum.
“Kau tunggu di sini.” Ucapnya seraya pergi.
“Kau mau kemana?” Tanyaku bingung.
“Membantumu.” Jawabnya seraya pergi, aku hanya diam dan menatap sayang ke arah Kibum.
~SUNGMIN POV END~
~KYUHYUN POV~
“Noona!!!.” Panggilku sambil membuka pintu ruang dokter yang sangat aku kenal.
“Yack, Kyuhyun kenapa kau ke sini?” Tanya noonaku Heechul.
“Nonna, tolong aku, apa noona tahu dokter yang memeriksa pasien yang bernama Kibum?” Tanyaku.
“Oh, Kibum waeyo?” Tanya Noona balik.
“Noona, Kibum itu adik temanku bisa noona bantu tidak.” Jawabku penuh harapan.
“Aish, ara.” Ucap noonaku sudah mengerti maksud arah pembicaraanku.
“Gomawo, noona.” Ucapku seraya tersenyum manis, lalu pergi dari tempat itu, aku kembali ke ruangan dimana Sungmin sedang menemani adiknya, tak lama aku berada di ruangan itu, tiba – tiba ada seorang dokter datang dan memberitahu kepada Sungmin kalau adiknya akan di oprasi.
“Mwo, tapi aku belum ada uangnya.” Ucap Sungmin.
“Tenang saja itu urusan belakangan.” Ucap dokter itu seraya menyuruh beberapa suster untuk membawa Kibum ke ruang oprasi, sedangkan aku dan Sungmin menunggu di depan pintu ruang oprasi, ku tatap wajah Sungmin yang begitu khawatir dan tegang.
“Tenang saja dia akan baik – baik saja, percaya saja kepadanya.” Ucapku berusaha menenangkan Sungmin, Sungmin mendongakkan kepalanya menatapaku, ia hanya mengangguk mengerti dan menatap nanar ke arah pintu ruang oprasi.
“Kau tahu sebenarnya aku paling benci datang ke rumah sakit.” Ucapku sedikit berbincang.
“Kenapa?” Tanyanya.
“Karena di sini, begitu terasa sakit.” Jawabku.
“Maksudmu?” Tanyanya tampak bingung.
“Lihat.” Ucapku seraya menunjuk ke arah seseorang yang sedang duduk di kursi roda sambil menatap ke arah luar jendela.
“Aku begitu kasihan dengan mereka, di sini aku tampak sangat tidak berdaya.” Ucapku sambil menatap sendu ke arah seseorang itu.
“Aniya.” Ucapnya seketika membuatku kaget.
“Mwo?” Tanyaku kaget.
“Kau tidak berdaya, tetapi kau hanya bingung apa yang harus kau lakukan.” Ucap Sungmin sambil tersenyum manis ke arahku.
“Huh!, begitukah.” Ucapku sambil tersenyum terpaksa.
“Naeyo, nanti aku akan mengajarkanmu untuk melakukan yang bisa membuat mereka bahagia.” Ucap Sungmin semangat.
“Mwo, tak ada hal yang bisa membuat mereka bahagia.” Ucapku sinis.
“Siapa bilang, bisa kok.” Ucap Sungmin.
“Huh, baik kalau begitu tunjukkan kepadaku nanti.” Ucapku, tak lama kami berbincang dokter pun keluar dari ruang oprasi, dengan cepat Sungmin menanyakan kondisi adiknya.
SORE HARINYA
“Eotteokhae?” Tanyaku saat melihat Sungmin sedang membelai rambut adiknya.
“Kata dokter dia baik – baik saja.” Jawab Sungmin sambil menatapku.
“Syukurlah.” Ucapku.
“Gomawo.” Ucap Sungmin sambil tersenyum manis ke arahku.
“Cheon.” Timpalku.
“Hemm, Kyuhyun-ssi boleh aku minta izin untuk menemani adikku malam ini di rumah sakit.” Ucap Sungmin tampak ragu.
“Huh, georonda wae.” Ucapku sambil tersenyum tipis.
“Gomawo, jeongmal gomawo.” Ucap Sungmin girang seraya meraih tangan adiknya dengan lembut.
“Ya, sudah aku mau pulang.” Pamitku.
“Oh, nae.” Ucap Sungmin sambil membungkukkan tubuhnya.
“Sudah jangan seformal itu kepadaku, aku lebih suka yang seperti biasanya.” Ucapku.
“Nae.” Ucap Sungmin sambil tertawa kecil.
“Ok, aku pergi.” Pamitku seraya pergi, entah kenapa saat keluar dari ruangan itu langkahku terasa sangat berat beberapa kali aku menoleh ke ruangan itu, aku merasakan hal lain saat aku berbincang pada Sungmin, aku menghela nafas panjang, lalu bergegas pergi dari rumah sakit karena aku merasa bau obat mulai menyengat di indra penciumanku.
HOTEL
“Hah!.” Aku menghela nafas berat dan merebahkan tubuhku yang terasa letih kedalam sofa yang lumayan empuk di ruang tengah.
“Huh, kok rasanya sepi sich.” Gumamku seraya duduk dan menyalakan tv untuk menghilangkan rasa jenuhku.
“Argh, masih terasa sepi.” Gumamku lagi seraya bangkit dan menuju ke arah dapur dan membuat secangkir capuccino.
“Huh, tumben banget aku ngerasa jenuh kayak gini.” Ucapku seraya berdiri di depan balkon menatap suasana hujan yang cukup deras di luar, lalu tiba – tiba bel hotelku berbunyi, aku bergegas menuju ke pintu dan membuka pintu hotelku.
“Na…” Ucapku terhenti ketika mengetahui siapa yang berdiri di depan pintu kamar hotelku.
“Kyu-ah.” Panggil seorang yeoja dengan tatapan yang sedih.
TBC…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar